watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BT SETELAH PUTUS CINTA

Aku sudah dua bulan putus dengan pacarku,
selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Malam
mimggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk
main ke sekretariat Mapala di kampusku yang
biasanya ada yang menunggu 24 jam. Aku
bukan anggota, tapi kenal beberapa orang.
Disana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah
asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami
menonton sambil mengobrol.
“Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?”
tanyaku.
“Nggak, lagi boring ketemu dia terus.”
“Lo kok..? Kan pacar..?”
“Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja.”
“Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?”
“Nggak, kita lagi berantem kok!”
“Napa..?”
“Rahasia dong.”
“Paling urusan sex.” kataku asal tebak.
“Lo, kok tau..?” tanyanya heran.
“Tau dong..,” jawabku, padahal aku hanya iseng
saja asal tebak.
Jangan heran, kalau mengobrol soal sex dengan
anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada ‘bocor’
dan ‘kocak’ semua.
“Emang napa sih, dia nggak bisa muasin yah..?”
tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.
Mas Putra melotot. “Nggak juga, dia malah
nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja,
kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung
berontak.” kulihat sorot mata kesal.
“O, gitu..”
“Lagian, payudaranya kecil banget..!” katanya.
Aku tertawa lagi. “Impas kan, punya Mas juga
kecil,”
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya.
Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya
aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat,
dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan
aku sudah pernah melihat dia mandi di pantai.
Cool.
“Boleh..,” tantangku balik.
“Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu,
gimana..? Kan impas.”
Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not,
tidak ada ruginya.
“Oke,” jawabku, “Mas duluan ok..!”
Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka
reslueting celana jeans-nya pelan hingga terlihat
CD yang membalut penisnya yang sudah
menegang.
“Sekarang kamu..!” perintahnya.
“Lo kok..?” kataku bingung.
“Satu persatu, biar fair..,”
“Oke.”
Aku membuka sweater cardiganku yang
melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata
dia menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku
membalas dengan menaikkan tank top-ku
sebatas leher hingga memperlihatkan
payudaraku yang dibalut bra. Mas Putra tidak
langsung membuka CD-nya, tapi malah
mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku
benar-benar terangsang dan membalas
mengelus-elus payudaraku. Pelan dia
menurunkan CD-nya, memperlihatkan kepala
penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang
lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia.
Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku,
begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan
bra-ku pelan yang memperlihatkan payudaraku
berputing merah dan kenyal.
Sejenak kami berpandangan, masing-masing
tangan memegang payudara dan penis. Tanpa
dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku
diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah
payudaraku. Tangannya memegang bahuku
pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku
pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan.
Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan
bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum
payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak
aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang
bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan
cumbuannya, dia memandangku.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku
menyusul..” perintahnya.
Aku membenahi baju dan beranjak menuju
perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas
aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra
menyusul dengan membawa sleeping bag 3
buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia
langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3.
Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami
berangkulan pelan. Saling mengulum bibir.
Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya
tajam sambil tanganku membuka kancing
kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka
kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya,
putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang,
mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke
bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik
tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya
payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih
pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia
langsung mencumbu payudaraku, tangannya
yang satu meremas payudaraku yang sebelah,
yang satu lagi merogoh celana jeans yang
kupakai, membuka kancing dan reslueting,
kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut
CD. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian
membuka jeans-ku, aku membantu dengan
menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba
membuka celananya sendiri, aku langsung
beranjak mundur dan memandang Mas Putra
membuka jeans-nya. Mata kami saling
bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-
nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-
benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang
macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia
mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku.
Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku
di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia
merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia
mencumbu leherku, terus turun ke payudara,
meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif
di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah
berada di dalam. Aku benar-benar menikmati
elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut,
payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik
CD-ku, aku membantu dengan mengangkat
pantat.
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku,
menjilat, mengulum, aku mendesah tidak
karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku.
Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang,
saling memeluk, mengulum bibir, meremas
payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-
elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan
bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas.
Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya
kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan
menggesek-gesekkannya disana, tanpa
penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-
remas.
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan
vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan
menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku,
memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku
takut untuk penetrasi karena masih perawan.
Dengan begini saja aku sudah menikmati.
Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan
vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun
ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku
merasa tubuhku menegang dan akan mencapai
klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan
mendekapku sambil membalas goyanganku,
aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk
Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.
Dia bangun dan mendekapku sambil
merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka
CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat.
Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan
meremas. Tapi aku mencoba bangun dan
menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah,
aku segera memunguti pakaianku dan
memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa
basa basi aku langsung turun dan pulang ke
kost.
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik
motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di
KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar
kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah
pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru
kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin
karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku
tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku
memeluk Mas Putra agar mendapatkan
kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel
di punggungnya.
Magrib kami sampai di kawasan wisata
Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet
merapi dari sini, walaupun dingin menggigit.
Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang.
Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk
mencari kehangatan. Dia membalas
merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas,
tempat panggung yang sudah rusak karena tidak
terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas
Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku
mendongak, dia langsung menyambar bibirku.
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya
di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan
panas, tangannya berkeliaran di payudaraku.
Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di
belakang panggung, Mas Putra memepetkan
tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-
habisan, sepertinya dia ingin membalas
perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari
kepala, begitu juga dengan bra. Pelan
dicumbunya leher, turun ke payudara dan
menaikkan rok yang kupakai. Tangannya
meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa
komando, dia membuka sendiri kemejanya di
depanku pelan-pelan, seolah mau
merangsangku.
Dengan menatap mataku, dia melepas satu
persatu kancing kemejanya sambil mengelus
sendiri puting susunya. Perlahan tangannya
turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans
pelan, merogoh ke dalam CD tanpa
mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar
terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati
permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-
nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet
penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan
mencumbuku lagi, kali ini santai tidak
menggebu-gebu lagi seperti tadi.
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku
mengerang tanpa malu-malu. CD-ku
dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka
rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya
juga, penisnya tegak menjulang merangsang.
Kembali kami saling berangkulan. Terasa
denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia
menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat
tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini
menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini
aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya
hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil
mengulum bibirku.
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah
basah. Ditatapnya mataku sambil memegang
bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan
tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku
memeluk punggungnya sambil terus bertatapan.
Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia
memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan
begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan
penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya
terasa menyeruak masuk, aku meremas
punggungnya. Terasa nyeri.
Dia menghentikan gerakannya sejenak.
Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung
dan mencium kupingku. Aku agak tenang,
kemudian pelan dia kembali menekan penisnya
lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku
waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan.
Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia
berhenti setelah semua penisnya masuk dan
mencumbu leherku yang mendongak, aku
masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan
penisnya di vaginaku, sementara kami mulai
bercumbu lagi.
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai
menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan
penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai
menerima rasa sensasi yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Gerakan pelan mulai
berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya
di vaginaku semakin kencang, aku semakin
bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang
kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu
tangannya, sementara tanganku memeluk
punggungya.
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan
goyangan, dan Mas Putra mengerti dan
menghentikan kocokannya juga. Kami
bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan
penis tetap menancap di vagina. Aku
menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra
menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie
style. Aku langsung menungging di atas
rumput, dan Mas Putra berlutut segera
memasukkan penisnya dan mulai mengocok,
terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang
bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang
meremas payudara sambil terus mengocok.
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra
yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan
meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku
aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan,
kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya
memasukkan vagina ke penis, mengoyang-
goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di
atas rumput. Aku makin leluasa mengocok
penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih
dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan
nikmat.
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas
Putra gantian menindihku dengan gaya
konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu
dan cepat, aku menggelinjang geli dan
membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling
mengerang, menjerit tertahan dengan nafas
mendengus sampai tubuhku menegang akan
mencapai klimaks. Mas Putra tidak perduli, terus
mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu
klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus
menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling
berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan
peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian
kami segera pulang.


Adult | GO HOME | Exit
1/1280
U-ON

inc Powered by Xtgem.com